Rabu, 10 Juni 2009

Hati dan Akal

Saya hari ini disaran kan oleh seseorang untuk membaca sebuah blog. anda bisa melihatnya di sini. sebuah blog yang memang sangat bagus. karena membaca itu pula lah saya ingin menulis sedikit di blog saya pada malam hari ini.

apa yang ia tulis benar-benar sebuah cerita yang bagus dan memang layak untuk dibaca siapa pun yang ingin belajar banyak tentang kehidupan. selama membaca tulisannya saya mencatat beberapa hal yang menarik untuk kita pikirkan bersama. sebnuah pernyataan yang saya catat adalah

De, pilihlah apa apa yang akan membuat Ade bahagia, bukan sebaliknya dengan menunggu takdir menentukan, itu bukan Ade, pengen bahagia dunia akhirat kan? mari melawan jiwa Ade sendiri dulu, Ade adalah pemilik jiwa dan pemenang atas segala rasa dan keadaan didalam jiwa Ade sediri, tembus batas kemungkinan, karena bagi ALLAH tak ada yang tak mungkin


fokuskan apa yang saya tebalkan. agar apa yang akan kita pikirkan tidak melenceng kemana-mana. setelah membaca pernyataan itu, saya jadi berpikir benarkah kita yang berkuasa sepenuhnya atas segala rasa dan keadaan dalam jiwa kita? terus terang saya agak tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh saudari kita itu.

kalau memang kita yang memegang kuasa atas segala rasa dan keadaan di dalam jiwa kita, kenapa kita masih tidak dapat mencegah atau paling tidak mengatur atau menyaring rasa dan keadaan hati dan jiwa kita? lalu kemana kekuasaan ALLAH yang maha membolak-balikkan hati? apa mungkin kita mampu melampaui apa yang ALLAH kuasai?

menurut hemat saya, kita sama sekali tidak mempunyai kuasa atas jiwa atau hati atau perasaan kita. karena kita diberikan nafsu oleh ALLAH yang notabene harus kita kendalikan. lalu apa yang kita miliki kuasa atas diri kita walau sangat terbatas? yang kita miliki kuasanya walau sangat terbatas adalah AKAL.

Allah memberikan kita AKAL agar kita mampu mengendalikan nafsu yang Ia berikan. Agar kita mampu memilih perasaan apa yang harus kita kurangi dosisnya dan perasaan apa yang harus kita pelihara dengan ikhlas. coba kita renungkan berapa banyak firmannya yang menyuruh kita agar berpikir akan kebesarannya dengan menggunakan AKAL?

Minggu, 07 Juni 2009

Bercermin pada Berlian

Sebuah batu berlian tidak akan seindah apa yang kita lihat sebelum dipoles oleh orang yang ahli. semakin ahli si pemoles maka semakin indah nan cantik pula berian tersebut. semakin cantik berlian itu maka semakin mahal pula harganya. semakin mahal harganya maka semakin terbatas orang yang mampu membelinya. akankah aku termasuk satu diantara mereka?

Semakin aku mengetahui nilai kualitas dari berlian itu, semakin aku merasa miskin. aku ragu pada diriku sendiri sekaligus malu. Apa yang bisa aku berikan untuk menjadi jaminan kepada si pemoles berlian agar ia mau memindahkan tanggung jawabnya atas berlian itu kepada saya? Bukan hanya seisi dunia yang harus mampu aku berikan, tetapi juga berupa segumpal daging dalam diriku. Mampukah aku??

Kamis, 28 Mei 2009

How Lucky I am..!! Seriously...

Baru kali ini aku merasa sangat beruntung. Beruntung karena ada seseorang yang diluar keluargaku yang sangat mengkhawatirkan diriku. Aku tak bisa menemukan kata – kata yang tepat sehingga dapat membentuk sebuah kalimat dan paragraf yang layak untuk dibaca. Karena menurutku perasaan ini lebih dari kata – kata saja. Lebih dari ucapan – ucapan lisan belaka. Lebih dari semua karya para seniman yang ada di muka bumi ini. Perasaan beruntung yang sangat besar telah kudapatkan malam ini. Segala puji bagimu ya Allah. Zat yang dengan penuh cinta mengasihi dan menyayangi hama – hambanya.
(ditulis tepat setelah SMS tanggal 28 mei 2009 aku terima)

Selasa, 05 Mei 2009

Alasan untuk suka, sayang, lalu cinta

Belakangan saya berpikir (atau lebih tepatnya terpikir) tentang satu kata yang begitu banyak orang memujanya, ya.. CINTA. Banyak buku, lagu, dan film mengangkat tema besar tentang cinta. Mereka dalam penokohan dan lirik lagu tersebut adalah pasangan yang terlihat sangat cocok dan serasi. Yang pria ganteng dan yang wanita cantik. Selalu seperti itu, dan perbedaan satu cerita dengan cerita yang lain adalah apa yang mereka alami. Yah, ada yang cerita sedih dan ada pula cerita yang bahagia.

Namun lebih terlepas dari semua film, buku, dan lagu yang tercipta karena cinta, saya lebih melihat apa yang terjad pada kenyataan dalam hidup ini, terlebih lagi kepada diri saya sendiri. Berbicara mengenai cinta sebenarnya agak membuat saya kebingungan, karena untuk menulis hal yang seperti ini tidaklah mudah bagi saya. Namun saya harus menulis hal ini. Karena saya sepertinya tidak mampu kalau harus mengatakannya dengan kata-kata yang indah. Yah, walaupun tulisan ini pun tidak lah indah.

Pernahkah kalian berpikir (bagi yang sedang mempunyai perasaan kepada seseorang) alasan yang membuat kalian menyukai atau mempunyai perasaan yang ’beda’ kepadanya? Kecantikan? Ketampanan? Kepintaran? Sifatnya? Cara berpakaiannya? Apa itu?

Bercermin pada diri saya sendiri, saya tidak menemukan semua hal yang saya sebutkan di atas sebagai alasan saya menyukainya. Saya tidak bermaksud untuk sok romantis atau sok tahu tetapi saya mempunyai alasan sendiri terkait dengan hal ini. Bila memang kecantikan yang menjadi alasan saya menyukainya, maka sudah lama perasaan itu hilang dari hati saya. Karena banyak wanita yang secantik bahkan lebih cantik dari dirinya.

Kalau memang kepintaran yang menjadi alasannya, maka saya pun akan sangat mudah untuk berpindha hati. Banyak orang sepintar bahkan lebih pintar dari dirinya. Kalau begitu sifat? Atau cara berpakaian? Keduanya sama bagi saya. Mencari orang yang bersifat baik (bukan sama) tidak lah sesulit mencari jarum di atas tumpukan jerami. Lalu apa yang membuat saya begitu menyukai bahkan (saya berani mengatakan) saat ini saya pun sayang kepadanya?

Terus terang saya tidak tahu pasti apa yang bisa membuat saya merasa sayang kepadanya. Saya tidak mempunyai jawaban pasti mengenai itu sekarang. Untuk saat ini saya sependapat dengan teman saya bahwa cinta itu bukan sesuatu yang datang tiba-tiba melainkan akumulasi dari berbagai hal yang terkait dengan dirinya dan saya. Apa pun itu, baik yang bersifat bagus atau pun jelek.

Yah, tapi itu hanya sebuah jawaban sementara. Karena saya sebenarnya belum tahu pasti jawabannya. Mungkin jawaban akan hal ini akan terus saya pikirkan. Sampai saya mendapatkan alasan mengapa saya menyukai dan menyayangi dirinya.

”Ilmu didapat melalui proses berpikir. Tidak perduli sebodoh apa pun anda jangan pernah berhenti berpikir. Karena kita hanya tahu atau akan segera tahu”


Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Construction. Powered by Blogger